KUIS PEMPROGAMAN KOMPUTER MEMBUAT KURSI DENGAN MENGGUNAKAN GOOGLE SKETCHUP
tulisandelaaaa
Tulislah Tulisan Yang Tidak Tertulis
Jumat, 31 Mei 2013
tutorial 2 : membuat kursi
Minggu, 19 Mei 2013
Indonesia ”Goes to Green Economy” , Akankah ?
Kemerosotan daya
dukung
alam yang disebabkan oleh ambisi
para revolusioner untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
menyebabkan para pemerhati lingkungan harus pusing tujuh keliling menghadapi
hal-hal degradasi lingkungan ataupun hal yang terkait tentang Global warming . Berbagai carapun
dilakukan ,mulai dari melaksanakan seminar –seminar tentang lingkungan hingga menetapkan
Hari Bumi ,Hari Lingkungan ,Hari Air dan hari-hari lainnya yang berhubungan dengan lingkungan
untuk diperingati .Lembaga pemerhati lingkungan dunia (UNEP) pun tidak mau
kalah untuk menangani masalah lingkungan
,Sebagai perwujudan dari hal itu , Lembaga tersebut melaksanakan program
“green economy” atau ekonomi hijau .
Menurut Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP ,Ekonomi
hijau adalah kunci menuju pola pembangunan yang berkelanjutan
dan menghapus kemiskinan. Program ini pastinya agak bertolak
belakang dengan cara
pandang para pengusaha
yang menjunjung tinggi prinsip
ekonomi . Dalam berkontribusi di program
ini ,suatu perusahaan akan mengeluarkan
modal lebih untuk mengelola limbah atau menggunakan alat yang
dapat meminimalisir kerusakan lingkungan . Ini mungkin membebani para pengusaha
tersebut karena biaya yang dibutuhkan
untuk mendaur ulang
, mengelola limbah dan menggunakan
inventaris yang ramah
lingkungan bisa saja seharga dengan setengah harga dari
perusahaan yang mereka
kelola . Bisa saja pengelolaan limbah tersebut
menjadikan para pengusaha gulung tikar
karena sebagian dari mereka mengalami
yang namanya “Besar pasak daripada tiang” apalagi dalam skala pengusaha yang baru memulai
usahanya . Pengusaha mana sih
yang mau rugi
? Jadi , peluang para pelakon ekonomi di Indonesia
untuk mencemari lingkungan dalam setiap tindak tanduknya
sangatlah besar . Ironisnya , hukuman yang harusnya bisa mengisolasi orang-orang seperti itu malah
kabur dan hampir hilang . Malahan anggaran mereka cenderung dialokasikan untuk menyuap
para aparat untuk mendapatkan
perijinan dan tetek bengek semacam itu . Contoh nyata sebagai refleksi masalah ini adalah Lumpur Lapindo
. Sudah genap 6 tahun
masalah ini berlarut
bahkan menguap tak ada kabarnya hanya karena
si Penimbul Masalah mempunyai kekuatan untuk menyuap para pihak yang
berurusan dengan masalah ini , padahal kerugian yang ditimbulkan sangatlah besar hingga meraup
uang negara sebesar
8,6 triliun terhadap lingkungan . Alih
– alih, “ekonomi hijau” hanyalah semboyan yang dijadikan kedok oleh para penguasa ekonomi . Kenyataanya , jika lingkungan telah rusak
, akan membutuhkan dana yang selangit untuk memperbaikinya
seperti peristiwa yang terjadi pada tahun 1948
silam di bagian barat Pennisilvania.
Baru-baru ini data dari studi
kasus Universitas Adelaide , Australia, menyebutkan bahwa Brasil, Amerika Serikat, China dan Indonesia
sebagai negara pemberi
kontribusi terbesar pada kerusakan lingkungan. Hadirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di KTT Bumi di
Rio de Janiero, Brasil, 20-22 Juni 2012 , agar Indonesia
tidak dianggap ikut-ikutan Ekonomi Hijau sebagai alibi belaka. Tentu saja hal
ini butuh kesinergisan
antara pemerintah dan pelopor ekonomi swasta baik
pengusaha menengah keatas maupun menengah kebawah . Kalau masalah lumpur Lapindo
saja belum selesai ,mengapa pemerintah berani ikut-ikutan
berkoar tentang Ekonomi hijau . Ekonomi hijau untuk indonesia hanyalah terkesan muluk –muluk dan terlalu
banyak angan-angan .Dalam menjalankan sistem pemerintahan
saja , mereka yang duduk
di kursi parlemen saja masih belum bisa merefleksikan
pancasila yang murni dan konsekuen. Intinya , selama praktek KKN masih
merajalela dan kurangnya responsibel dari berbagai
pihak, Indonesia tidak akan bisa menggapai
yang namanya “Green Economy”.
Sampah , Masalah Basi Tak Bersolusi
Sampah merupakan masalah
klasik cenderung mainstream
yang terus – menerus menjadi pembicaraan berbagai kalangan mulai dari
guru SD , ketua RT , walikota
, Presiden , pakar lingkungan , bahkan
UNEP
( organisasi internasional
yang bergerak bidang
lingkungan hidup ) sekalipun
masih terus – menerus membicarakan masalah ini . Bisa dibilang
tidak “out of the box” dan hanya
ikut – ikutan belaka jika kita
membicarakan masalah ini . Tapi tidak bisa dipungkiri
ini merupakan masalah mendasar bagi kita .
Menurut data dari
studi
kasus yang dilakukan oleh Bank
Dunia , Amerika
Serikat menduduki peringkat 1 sebagai
penghasil sampah terbesar
di dunia
, kemudian disusul oleh Turki dan
Jepang. Faktanya , negara
berkembang selalu dituding
sebagai pemeran utama penghasil sampah terbesar dibandingkan negara maju
. Entah gaya hidup
dari orang – orang di negara
berkembang itu yang
salah
ataukah ketidaktahuan mereka akan
cara mengelola sampah ?
Memang terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pola pikir antara negara
maju dan negara berkembang . Disaat negara maju berlomba – lomba untuk menciptakan
alat yang dapat meminimalisir
sampah , negara
kita malah berlomba
– lomba mengeksplorasi dan mengeksploitasi
lahan untuk dijadikan TPA . Ironis
, tapi inilah kenyataannya .
Di Indonesia contohnya
, pemerintah bingung untuk melakukan
perluasan lahan TPA
karena sudah terlalu banyak lahan yang
dijadikan TPA . Mau sampai
kapan kita begini ?
Apakah harus rumah warga
digusur hanya untuk menjadikan
tempat trsebut menjadi
TPA ? Inti dari permasalahan ini hanyalah
kesadaran . Jika kesadaran diri masing
– masing individu telah terbangun , pastinya
program 4R ( Reduce
,
Reuse , Recycle , and Recovery
) akan berjalan lancar.
Contoh nyata
dikehidupan sehari-hari SD Monututu,
Malut menjadi tempat sampah domestik
bagi penghuninya. Bahkan haltenya pun tak
luput dari sampah – sampah tersebut.
Herannya, Tong sampah yang
tersedia di area
tersebut malah terkesan kosong – melompong. Ini adalah
contoh nyata dari kurangnya kesadaran masyarakat.
Tingkat kemalasan
masyarakat Indonesia yang tinggi
juga memiliki andil dalam
menumpuknya sampah di sembarang tempat. Kebanyakan orang Indonesia
lebih memilih membuang sampah di sembarang tempat daripada
menyimpannya sementara di saku
hingga menemukan tong sampah. Sudah menjadi rahasia umum jika sampah
berdampak pada kesehatan seperti (disentri,kolera,ISPA,dan penyakit kulit) dan
degradasi lingkungan (banjir, pencemaran air tanah, dan perusakan flora dan fauna )
Tutorial sketch up : Membuat Meja Sederhana
Sekarang aku mau share nih ke temen-temen tutorial sketch up.
TUTORIAL ini benar - benar untuk pemula.. aku juga masih belajar .. aku cuma mau bagi sedikit ilmu SKETCH UP..
Now ,lets check it out ,guys !
Aku mau kasih tau cara-cara bikin meja pake sketch up
1.pertama, kita sesuaikan lembar kerja
2.Buatlah Circle(lingkaran) pada titik manapun dengan ukuran radius 55 cm
3.Kemudian gunakan perintah push/pull untuk membuat lingkaran terlihat 3 dimensi dengan tingg4 cm
4.Buat garis bantu sepanjang 110 dengan menggunakan TAPE MEASURE. Kemudian dilanjutkan dengan memblok garis bantu tersebut lalu tekan move+ctrl geser kesamping sejauh 4cm hingga membentuk seperti gambar dibawah ini
5.Setelah itu ,buatlah RECTANGLE (persegi) pada titik temu garis bantu tersebut dengan ukuran 4cm
6. Dari persegi itu push/pull ke atas sejauh 65 cm
7.Kemudian buatlah penyangga kaki meja ,dengan membuat RECTANGLE di salah satu sisi bagian dalam kaki meja
8. Kemudian gunakan tool push/pull untuk menyambung sisi kaki meja yang satu dengan yang lain
9. Kemudian beri pewarnaan material dengan menggunakan perintah MATERIAL-WOOD dan balik meja lalu hapus garis bantu
10. Voila jadilah meja bundar sederhanaaaaa
Sabtu, 08 September 2012
Cara Membedakan Es Dari Air Mentah Dan Air Matang Es air mentah
|
|
Es air mentah :
Es dari air mentah berwarna putih
karena masih banyak gas yang terperangkap di dalamnya. Biasanya, es
yang dibuat dari air mentah adalah es balok. Es ini jelas-jelas tidak
baik dikonsumsi, terlebih lagi jika airnya diambil dari air sungai yang
tercemar.
Es air matang :
Es dari air matang akan terlihat bening karena gas di dalam air terlepaskan ketika proses perebusan. Biasanya, es seperti ini disebut es kristal.
Es air matang :
Es dari air matang akan terlihat bening karena gas di dalam air terlepaskan ketika proses perebusan. Biasanya, es seperti ini disebut es kristal.
bahaya es dari air mentah:
Dalam
air mentah ada banyak bakteri e coli (lebih lengkap tentang e coli
disini), kita tahu itu. Ada penelitian di Florida selatan yang
membandingkan es batu dengan air toilet, hasilnya es batu mengandung 70%
lebih banyak kuman daripada air toilet . Tentu tidak ada beda nya
dengan di Indonesia, yang notabenenya es batu dibuat dari air mentah.
Ada juga di Jakarta yang pabrik es batunya di dekat kali Ciliwung,
memakai air mentah dari sungai dan dicampur dengan pemutih.
Langganan:
Postingan (Atom)